Analisis Rantai Pasokan Pada Produk Coklat “GuSant” Di Agrowisata Kampung Coklat Desa Ploserejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki keunggulan komparatif sebagai produsen komoditas pertanian terutama dari sub sektor perkebunan yang selama ini dijadikan sebagai komoditas ekspor dalam perdagangan Internasional. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor perkebunan dalam penyumbang devisa Indonesia keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kelapa (Departemen Pertanian, 2014). Peran agroindustri memiliki nilai yang sangat strategis dalam menjembatani antar sub sektor pertanian mulai dari hulu sampai hilir. Sehingga pengembangan agroindustri yang tepat diharapkan mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pendapatan volume ekspor dan devisa, daya saing, nilai tukar produk hasil pertanian serta penyediaan bahan baku industri (Saragih, 2010). Pada lokasi penelitian, kakao diproses menjadi olahan cokelat. Agrowisata Kampung Coklat "GuSant" merupakan salah satu industri pembuat coklat yang cukup terkenal. Selain memiliki harga yang terjangkau dan mudah dibawa, cokelat tersebut dapat dijadikan sebagai oleh-oleh dari Blitar. Cokelat merupakan makanan kesukaan setiap kalangan masyarakat, sehingga banyak sekali varian cokelat yang tersedia. Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” memiliki permasalahan dalam kinerja pemasok, dimana pengiriman jumlah bahan baku tidak sesuai dengan yang diminta dan sering terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku, sehingga menghambat proses produksinya. selain itu kurangnya komunikasi antara Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” dengan pemasok juga menjadi permasalahan. Berdasarkan pada permasalahan yang ada, penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari rantai pasokan produk Cokelat “GuSant” pada Agrowisata Kampung Coklat “GuSant”, (2) menganalisis kepercayaan, komitmen, komunikasi, kepuasan, dan ketergantungan antara Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” dengan pemasok, dan (3) menganalisis tingkat performansi pemasok terhadap kinerja rantai pasokan. Metode penentuan lokasi penelitian berdasarkan purposive, sesuai dengan pertimbangan peneliti. Responden dalam penelitian ini yaitu pemilik Agrowisata Kampung Coklat dan pemasok bahan baku yang berjumlah 6 pemasok (pemasok bubuk kakao-lemak kakao, skim milk powder, gula, vanili, lesitin kedelai dan alumunium foil). Metode analisis rantai pasokan pada Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” menggunakan Supply Chain Operational Reference untuk pengukuran performansi kinerja pemasok dengan Delivery Performance. Kinerja Pengiriman meliputi Scheduled Order to Costumer Request (SOCR) atau jumlah untuk permintaan pelanggan, dan Delivery Performance to Request Date (DPRD) atau kinerja untuk permintaan pasokan yang diminta secara mendadak. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis variabel hubungan jangka panjang dengan pengukuran skala likert yang dilihat berdasarkan penilaian pemilik Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” dan pemasok. Penilaian variabel i 6 hubungan jangka panjang akan digunakan untuk melihat keterkaitannya dengan tingkat performansi pemasok. Hasil dari penelitian ini meliputi proses rantai pasokan yang melibatkan Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” dan 6 pemasok bahan baku yang telah bekerjasama. 6 pemasok tersebut, yaitu pemasok bubuk kakao, lemak kakao, skim milk powder, gula, vanili, lesitin kedelai, dan alumunium foil. Dalam prosesnya, komunikasi antara kedua belah pihak kurang terbuka. Akibatnya, terkadang terjadi keterlambatan pengiriman bahan baku terutama bubuk, dan lemak kakao. Keterlambatan tersebut tidak diinformasikan sehingga menghambat proses produksi. Peniliaian variabel hubungan jangka panjang yang diberikan oleh pemilik Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” terhadap pemasok, membuat pemilik merasa percaya, merasa adanya komitmen yang baik, merasa puas, dan sangat tergantung. Sedangkan penilaian variabel jangka panjang yang diberikan oleh pemasok kepada Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” menimbulkan rasa percaya, adanya komitmen yang baik, rasa puas, dan rasa tergantung. Namun kedua belah pihak tersebut memiliki komunikasi yang kurang baik. Selama tahun 2014 nilai rata-rata Scheduled Order to Customer Request (SOCR) sebesar 86,88 persen dan nilai rata-rata Delivery Perfomance to Request Date (DPRD) sebesar 77,12 persen. Hal ini membuktikan adanya keterkaitan antara hubungan kepercayaan, komitmen, komunikasi, kepuasan, dan ketergantungan terhadap tingkat performansi pemasok. Kurangnya komunikasi antara kedua pihak yang kurang baik tidak terlalu mempengaruhi nilai performansi keseluruhan sebesar 82,28 persen namun masih dalam kategori baik. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini, yaitu seharusnya pemasok dapat memberikan informasi mengenai jumlah bahan baku yang tersedia dan segera memberikan informasi jika terjadi permasalahan yang menyebabkan keterlambatan pengiriman bahan baku. Dan pihak Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” sebaiknya juga segera memberikan informasi jika terdapat perubahan jumlah bahan baku yang diminta. Dengan adanya pemberian informasi yang cepat dan tepat tersebut, kepercayaan dan komitmen antara Agrowisata Kampung Coklat “GuSant” dan pemasok dapat terjalin lebih baik lagi. Selain itu komunikasi antara kedua belah pihak sebaiknya lebih diperhatikan dengan cara melakukan sharing atau berkomunikasi dengan baik apabila terjadi permasalahan, sehingga dapat menciptakan kepuasan bagi keduanya selama menjalin kerjasama. Masing-masing pemasok Coklatdapat mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku dari pemilik Agrowisata Kampung Coklat setiap bulan dari tahun sebelumnya